PENURUNAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR
BAB I
PENDAHULUAN
Krisis mata uang yang telah mengguncang negara-negara asia pada tahun
1997, akhirnya menerpa perekonomian indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula
dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang
menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada
pinjaman uang negeri sektor swasta.
Pemerintah
menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan interfensi di pasar untk
menyelamatkan defisa yang semakin menyusut. Pemerintah menerapka kebijakan
nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang
mengambang terkendali.
Saat
ini rupiah menjadi salah satu mata uang terlemah di dunia, karena nilai
depresiasinya yang cukup tajam.
Rupiah
adalah salah satu mata uang yang tentunya akan anyak mengalami imbas pengaruh
dari nilau kurs dolar. Hal ini pun juga banyak dialami oleh keberadaan dari
mata uang negara lain semenjak keberadaan dolar AS yang menjadi mata uang
internasiol.
BAB
II
RUMUSAN
MASALAH
Rupiah
melemah lagi
Jumat, 10 Oktober 2014 17:14
WIB | 4.375 Views
Pewarta: Zubi Mahrofi
(ANTARA FOTO/Puspa
Perwitasari)
Pelaku pasar masih menilai negatif kondisi politik di
Indonesia. Sebenarnya, fundamental kita baik, inflasi masih terjaga sekitar
4,53 persen, cadangan devisa sebesar 112 miliar dolar AS.
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang
ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, melemah 37 poin menjadi
Rp12.223 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.186 per dolar AS.
Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono di Jakarta, Jumat
mengatakan bahwa situasi politik di Indonesia masih menjadi sentimen negatif
bagi mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Pelaku pasar masih menilai negatif kondisi politik di Indonesia.
Sebenarnya, fundamental kita baik, inflasi masih terjaga sekitar 4,53 persen,
cadangan devisa sebesar 112 miliar dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan juga masih bisa
mencapai 5,2 persen pada tahun ini.
"Sentimen global itu tidak sampai menyebabkan rupiah menembus Rp12.000 per
dolar AS. Gubernur The Fed Janet Yellen pernah membuat mata uang emerging
market termasuk rupiah merosot tetapi tidak sampai menembus Rp12.000,"
katanya.
Menurut dia, kondisi Indonesia tidak jauh berbeda dengan India. Setelah India
memiliki Perdana Menteri baru yang diharapkan pasar, kondisi pasar keuangan
disana cenderung membaik. Diharapkan Indonesia sama seperti itu menyusul
harapan yang cukup positif terhadap pemerintahan baru nanti
Hal senada juga dikatakan pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova,
dikatakan bahwa mata uang rupiah masih akan berada dalam tren pelemahan selama
suhu politik di dalam negeri masih panas.
"Sentimen dolar AS di eksternal cenderung melemah menyusul jadwal kenaikan
suku bunga AS tidak lebih cepat dari perkiraan, sementara di dalam negeri
indeks dolar AS masih menguat, itu menandakan kondisi sentimen domestik yang
membayangi mata uang rupiah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat (10/10) tercatat mata
uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.207 dibandingkan posisi sebelumnya di
posisi Rp12.190 per dolar AS. (*)
Editor: Ella Syafputri
Dari
berita tersebut dapat diambil 3 buah rumusan masalah yaitu :
1.Apa Yang Menyebabkan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
Semakin Turun ?
2.Dampak Apa Saja Yang Terjadi Dari Menurunnya Nilai
Tukar Rupiah ?
3.Bagaimana Cara Agar Nilai Tukar Rupiah Kembali
Menguat ?
BAB III
PEMBAHASAN
1.Apa Yang Menyebabkan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Dollar Semakin Menurun
Sejak akhir
tahun 2013,
nilai tukar Rupiah terus melemah, bahkan hingga
mencapai level diatas 12.000 Rupiah per Dollar AS. Berbagai peristiwa telah
diungkapkan oleh pemerintah dan analis ekonomi, disebut-sebut sebagai alasan
kenapa Rupiah melemah. Realitanya, Rupiah memang salah satu mata uang terlemah
di Dunia, yang nilainya mudah ditekan oleh perubahan kondisi ekonomi, baik di
luar maupun
di dalam negeri.
Melemhnya nilai
tukar rupiah banyak disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
A.
Yang Kurang Mapan
Rupiah
termasuk soft currency, yaitu mata uang yang
mudah berfluktuasi ataupun terdepresiasi, karena perekonomian negara asalnya
relatif kurang mapan. Mata uang negara-negara berkembang umumnya adalah mata
uang tipe ini, sedangkan mata uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya
untuk mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah.
Karakteristik
khusus mata uang
soft currency
adalah sensitivitasnya terhadap kondisi ekonomi internasional. Krisis
finansial, spekulasi di pasar finansial, dan ketidakstabilan ekonomi bisa
mengakibatkan jatuhnya nilai
soft currency.
Contohnya saat krisis tahun 97/98, ketika perekonomian Indonesia dalam bahaya.
Begitu pula, ketika terjadi krisis Subprime Mortgage di Amerika Serikat, Rupiah
sempat terkena imbasnya.
Selain
itu, sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia berbagi sentimen dengan
negara berkembang lainnya. Artinya, ketika sentimen terhadap negara-negara
berkembang secara umum baik, maka nilai Rupiah akan cenderung menguat.
Sebaliknya, ketika di negara-negara berkembang yang lain banyak kerusuhan,
bencana, dan lain sebagainya, maka nilai Rupiah akan melemah.
B. Pelarian Modal (Capital Flight)
Modal
yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah
modal asing. Ini membuat nilai Rupiah sedikit banyak tergantung pada
kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik
iklim bisnis Indonesia, maka akan semakin banyak investasi asing di Indonesia,
dan dengan demikian Rupiah akan semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif
pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan kian melemah.Mari ambil
contoh pemotongan stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat,
The Fed, baru-baru ini. Kebijakan uang ketat (
tight
money policy) tersebut
membuat investor memindahkan
investasinya dari Indonesia kembali ke Barat. Selain kejadian
tersebut, sudah sering Indonesia mengalami capital flight yang kemudian diikuti
oleh pelemahan nilai Rupiah.
C. Ketidakstabilan Politik-Ekonomi
Dari
dalam negeri, faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi
politik-ekonomi. Di masa-masa pemilu sekarang, investor cenderung was-was dan
akan menunggu hingga terpilih pemimpin baru untuk menunjukkan sentimen ekonomi
yang lebih meyakinkan. Akibatnya, musim menjelang pemilu umumnya ditandai oleh
pelemahan nilai Rupiah.
D. Penawaran-Permintaan
(Supply-Demand) atas Mata Uang
Jika permintaan
atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun,
maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang
meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata
uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya
tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.
Faktor yang menyebabkan penawaran atas rupiah tinngi
sementara, atasnya rendah adalah keluarnya sejumlah besar investasi portofolio
asing dari Indonesia. Keluarnya investasi portofolio asing ini menurunkan nilai
tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang
negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya, terjadi peningkatan
penawaran atas Rupiah.ng menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara
permintaan atasnya rendah
E. Neraca Perdagangan Defisit
Artinya Pengeluaran lebih besar daripada
pendapatan (Impor lebih besar daripada ekspor). Pada akhirnya menyebabkan mata
uang dollar yang masuk ke Indonesia berkurang, sebaliknya Rupiah semakin di
obral, Sesuatu yang di obral pasti akan dihargai murah.
Dibanjirinya
produk Impor yang masuk ke Indonesia selama beberapa tahun terakhir, dan impor minyak
besar-besaran yang dilakukan oleh Pertamina dituding sebagai penyebab utama
melemahnya Rupiah.
F. Neraca berjalan juga mengalami defisit
Penyebabnya adalah
Indonesia harus membayar utang-utang luar negeri yang sudah jatuh tempo.
Akibatnya arus kas yang keluar tak sejalan dengan arus kas yang masuk ke dalam
negeri.
G, Kebijakan Pemerintah Yang kurang
Efektif
Masih
banyak kebijakan ekonomi pemerintah hanya sebatas ditulis di atas kertas belum
terealisassi dengan baik di lapangan. Hal ini disebabkan banyak petinggi yang
sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga mereka semua tidak bias bekerja
sama secara maksimal untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.
2.Dampak Apa Saja Yang Terjadi Dari Menurunnya nilai Tukar Rupiah
Nilai rupiah yang lesu terhadap dolar Amerika menimbulkan
banyak dampak bagi perekonomian masyarakat. Banyak ekonom yang mengatakan bahwa
lemahnya nilai tukar rupiah kali ini adalah yang terparah dalam empat tahun
terakhir.
Banyak pihak yang dirugikan akan melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS. Diantaranya adalah :
Yang pertama adalah importir. Importir dirugikan karena
importir sangat bergantung dengan barang-barang dari luar negeri. Importir akan
membayar dengan mata uang yang telah disepakati, yang tentunya adalah dollar
AS. Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar berarti importir harus
mengeluarkan uang lebih untuk membayar barang yang mereka impor dari luar
negeri.
.
Selanjutnya adalah pemilik hutang luar negeri. Jika
seseorang, perusahaan, lembaga atau instansi yang memiliki hutang luar negeri
pasti akan kesulitan dalam mengembalikan hutang luar negerinya. Karena nilai
rupiah yang semakin lemah akan menambah beban atau hutang mereka walaupun nilai
hutang mereka dalam bentuk dollar itu tetap, namun untuk membayarnya harus
menukarkan rupiah yang sedang lemah dengan dollar, maka itu akan menambah beban
mereka.
Tetapi didalam gejolak ekonomi yang sedang terjadi karena
penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Ada beberapa pihak yang
diuntungkan juga loh. Diantaranya :
Yang pertama adalah pemegang uang dollar AS tentunya. Karena
jika kita memiliki dollar AS yang banyak, dan ditukarkan dengan rupiah pada
saat nilai rupiah turun, kita akan mendapat lebih banyak keuntungan dengan
menukarnya ke rupiah.
Selanjutnya dalah eksportir. Karena eksportir memproduksi
barang di dalam negeri dengan biaya rupiah, saat dijual ke luar negeri,
eksportir akan mendapatkan kontraprestasi berupa dollar yang nilainya lebih
tinggi daripada saat mereka memproduksi.
Terakhir adalah sektor pariwisata. Turunnya nilai rupiah
menyebabkan pemegang dollar relatif lebih kaya di Indonesia. Sehingga akan
banyak turis mancanegara yang memiliki dollar berwisata di Indonesia yang
biayanya lebih murah karena dollar yang dihargai sangat tinggi di Indonesia.
Dampak
lain dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar antara lain sebagai
berikut :
A.Menurunnya Daya Beli Masyarakat
Dampak negatif penurunan nilai tukar adalah
secara efektif akan menurunkan daya beli (permintaan) konsumen terutama
masyarakat berpendapatan menengah dan rendah (miskin). Dampak penurunan
permintaan ini akan mendorong menurunnya produksi barang dan jasa.
Dari sudut produsen, krisis penurunan nilai
tukar dan naiknnya bunga uang dan kandungan input impor cukup besar akan mendorong biaya produksi, sehingga
harga barang naik. Besar kemungkinan tekanan inflasi terutama cost push inflation adalah bahaya
yang datang menyelinap ke dalam ekonomi Indonesia. Apabila daya beli menurun
serta harga barang dan jasa meningkat, maka kemungkinan besar perusahaan akan
memotong jumlah produksi (output)
yang dapat berdampak terhadap PHK tenaga kerja. Kalau ini terjadi maka urban and rural unemployed labor
akan semakin meningkat. Ujung-ujungnya adalah keresahan sosial, dengan istilah
yang lebih mengerikan lagi, setelah terjadi krisis finansial maka akan terjadi chaos.
B.Meningkatkan Harga
Komoditi barang Impor
Dampak dari melemahnya nilai tukar Rupiah adalah
meningkatnya harga komoditi barang impor baik itu konsumsi maupun alat produksi
(bahan baku dan barang modal). Kenaikan harga tersebut dikarenakan komoditi
impor dipatok dengan mata uang negara asalnya. Dengan naiknya harga-harga
barang maka akan menyebabkan terjadinya. Naiknya harga barang impor akan
merugikan pihak konsumen jika tidak dapat mengimbanginya dengan pendapatan yang
mereka terima, lalu pihak usahawan yang alat-alat produksinya terutama bahan
bakunya semua impor.
C.
Naiknya Nominal Rupiah Dari Hutang Luar Negeri
Dampak yang terjadi akibat menurunnya nilai tukar Rupiah
menyebabkan naikknya nominal Rupiah dari hutang luar negeri. Naiknya nominal
Rupiah dari hutang luar negeri akan berdampak pada:
1. Hutang swasta.
2. Hutang
Pemerintah.
Hutang
pemerintah akan memberi dampak pada Anggaran Pedapatan Belanja Negara(APBN)
yang akan mengurangi atau mencabut subsidi oleh rakyat dampaknya juga akan
terkena dan dirasakan oleh rakyat.
3.
Meningkatnya penawaran atas Rupiah.
Negara
Indonesia harus menukarkan mata uang Rupiah dengan mata uang pembayaran hutang
yang mengakibatkan nilai tukar Rupiah semakin melemah.
D.
Penerimaan Negara Berkurang
Kalau
perusahaan mengurangi output,
maka jumlah pajak yang dikumpulkan pasti berkurang sehingga total penerimaan
(anggaran belanja) yang bersumber dari pajak akan berkurang. Di sisi penawaran (supply) faktor pemotong anggaran
belanja ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ujungnya target pertumbuhan
ekonomi yang tinggi (7-8% per tahun) akan sangat sukar dipertahankan.
E. Meningkatnya Inflasi
Bahaya
lain yang datang setelah depresiasi rupiah (devaluasi) melalui mekanisme pasar
adalah bahaya inflasi. Indonesia masih banyak mengimpor bahan baku dan barang
modal yang cukup besar. Karena harga dollar yang relatif lebih mahal dibading
dengan rupiah, maka merosotnya nilai rupiah di satu pihak mendorong ekspor,
akan tetapi melalui time-lag tertentu (2-3 tahun) akan bersifat inflatoar
kerena sifat cost-push inlfation tersebut. Kalau Indonesia tidak mampu
mengurangi impor serta meningkatkan pruduktifitas ekonomi dan ekspor maka
bahaya inflasi akan segera dihadapi karena sifat cost-push inflation tersebut. Faktor musim kemarau panjang,
kebakaran hutan, bencana alam serta faktor alam lain akan dapat memperburuk
keadaan ekonomi terutama meningkatnya harga barang konsumsi yang berakhir pada
peningkatan inflasi.
3. Cara agar
Nilai tukar Rupiah Kembali Menguat
Kurs (exchange
rate) suatu mata uang adalah nilai tukar atau harganya jika ditukar dengan
mata uang yang lain. Sama halnya dengan harga-harga lain dalam ekonomi yang
ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual, kurs terbentuk oleh interaksi
pembeli dan penjual valas untuk keperluan transaksi internasional. Pasar yang
memperdagangkan valas disebut psar valas atau foreign exchange market.
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia sebagai bank
sentral menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai
dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang.
Salah satu implementasi kebijakan moneter dilakukan
dengan kebijakan nilai tukar yang lazim disebut kurs, yang mempunyai peran
penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung
kegiatan ekonomi. Nilai tukar
yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan
kegiatan dunia usaha.
Sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga
sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai
tahun 1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan
sistem nilai tukar mengambang bebas (free
floating exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997.
Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang
bebas, nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang
berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran
dan permintaan.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia
pada waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing,
khususnya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan.
Ada enam langkah kebijakan jangka pendek di bidang
moneter yang dilakukan BI untuk mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah yaitu:
a. Menaikkan
suku bunga BI Rate (penentuan suku bunga bank)
b. Menaikkan suku bunga
fasilitas simpanan BI
c. Menyerap likuiditas dengan
instrumen fine tune kontraksi (FTK) dengan variabel rate tender. Yaitu, dengan
cara melakukan pelelangan, misalnya lelang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI).
d. Menaikkan suku bunga
maksimum penjaminan simpanan baik suku bunga penjaminan simpanan rupiah atau
deposito rupiah dan suku bunga penjaminan simpanan valuta asing (valas) atau
deposito valas
e. BI menaikkan simpanan wajib
perbankan atau giro wajib minimum (GWM) secara bervariasi, sesuai dengan
kondisi bank atau berdasarkan loan to deposit ratio (LDR) masing-maing bank.
Perinciannya, bank yang rasio penyaluran dana ke kredit atau LDR-nya 90%,
tambahan GWMnya nol. Bank dengan LDR sebesar 75%-90% wajib menambah GWM 1%.
Bank dengan LDR 60%-75% wajib menambah GWM 2%. Bank dengan LDR 50%-60% wajib
menambah GWM 3%. Bank dengan LDR 40%-50% wajib menambah GWM 4%. Sedangkan, bank
dengan LDR kurang dari 40% wajib menambah GWM sebesar 5%.
f. BI akan menaikkan imbalan
jasa giro atau semacam bunga untuk semua GWM di atas 5%.
Selain itu, BI melaksanakan beberapa langkah lain untuk
mendukung enam langkah tadi yaitu :
Ø Menyediakan fasilitas swap
bersama BI dalam rangka lindung nilai (hedging).
Ø Melakukan intervensi valas
dengan instrumen swap jangka pendek.
Ø Menyempurnakan ketentuan
kehati-hatian dalam transaksi devisa. Antara lain, dengan mengatur transaksi
margin perdagangan dan penyesuaian ketentuan posisi devisa neto (net open
position atau NOP).
Ø BI akan meningkatkan
pengawasan intensif terhadap bank atas transaksi valas tanpa dokumen pendukung,
termasuk mengenakan sanksi.
Berikut 4 (empat) paket kebijakan ekonomi
pemerintah untuk menguatkan nilai tukar rupiah :
a.Paket pertama, dibuat
untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS. Dalam paket ini yang akan dilakukan adalah mendorong ekspor dan
memberikan keringan pajak kepada industri yang berorientasi ekspor. Pemerintah
juga akan menurunkan impor migas dengan memperbesar biodiesel dalam solar untuk
mengurangi konsumsi solar yang berasal dari impor.Kemudian, pemerintah juga
akan menetapkan pajak barang mewah lebih tinggi untuk mobil CBU dan
barang-barang impor bermerek dari rata-rata 75% menjadi 125% hingga 150%. Lalu,
pemerintah juga akan memperbaiki ekspor mineral.
b. Paket kedua, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Pemerintah
akan memastikan defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38% dan pembiayaan aman.
Pemerintah akan memberikan insentif kepada industri padat karya, termasuk
keringanan pajak.
c. Paket ketiga, untuk menjaga daya beli. Dalam hal ini, pemerintah
berkoordinasi dengan BI untuk menjaga gejolak harga dan inflasi. Pemerintah
berencana mengubah tata niaga daging sapi dan hortikultura, dari impor
berdasarkan kuota menjadi mekanisme impor dengan mengandalkan harga.
d. Paket keempat, untuk mempercepat investasi, pemerintah akan
mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saat ini rupiah menjadi salah satu mata uang
terlemah di dunia, karena nilai depresiasinya yang cukup tajam. Rupiah adalah
salah satu mata uang yang tentunya akan anyak mengalami imbas pengaruh dari
nilau kurs dolar. Hal ini pun juga banyak dialami oleh keberadaan dari mata
uang negara lain semenjak keberadaan dolar AS yang menjadi mata uang
internasiol.
Banyak factor yang menyebabkan nilai tukar rupiah
terhadap dollar melemah yaitu :
a. Perekonomian
yang kurang mapan
b. Pelarian
modal (Capital Flight)
c. Neraca
Perdagangan deficit
d. Ketidakstabilan
Politik-Ekonomi
e. Neraca
bejalan mengalami deficit
f.
Penawaran Permintaan (Supply Demand) atas
mata uang
g. Kebijakan
pemerintah yang tidak efektif
Pelemahan nilai tukar rupiah
tentunya akanmemberikan dampak kepada perekonomian Indonesia, dampak – dampak itu
antara lain :
a.
Menurunnya daya beli masyarakat
b.
Meningkatkan harga komoditi barang impor
c.
Naiknya rupiah dari nominal hutang luar
negeri
d.
Penerimaaan Negara dari pajak akan berkurang
e.
Meningkatkan inflasi
Berikut adalah beberapa
kebijakan di bidang moneter yang dilakukan oleh BI untuk mengatasi melemahnya
nilai tukar rupiah :
a.
Menaikkan suku bunga BI Rate (penentuan suku
bunga bank)
b.
Menaikkan suku bunga fasilitas simpanan BI
c.
Menyerap likuiditas dengan instrument Fine
Time Kontraksi (FTK) dengan variable rate tertentu
d.
Menaikkan suku bunga Maksimum pinjaman
simpanan
e.
BI menaikan imbalan jasa giro atau semacam
bunga untuk semua GWM di atas 5%